A Shining Light Greets 'BERN'

31 Januari 2013
Saat santai sore itu, Bern merenung dengan ditemani dengan secangkir kopi hitam hangat dan gitar dipelukannya. Bern menghentikan jemarinya memetik senar-senar gitar yang halus dan meletakkan dagunya di atas lekukan gitar yang dipeluknya erat. Bern menutup matanya kemudian mulai menikmati aroma hujan yang dari tadi memang telah menemaninya selama bersantai di teras rumahnya. Pikiran Bern mulai melayang kepada memori masa kecilnya serta segala hal yang pernah dilewati Bern selama hidupnya. Dalam benaknya, Bern menyadari satu hal. Dalam sadarnya, Bern merasa tertampar. Ya, Bern merasa tertampar dengan segala kebodohannya dan sifat tak acuhnya akan hidup. Bern merasa betapa bodohnya ia telah menyia-nyiakan waktunya dengan segala pemikiran tak berguna dan mengisi hidupnya hanya dengan hal yang sama sekali tak bermanfaat baginya maupun bagi orang lain di sekitar Bern. Selama ini, Bern hanya tahu mengeluh dan bersungut-sungut akan jalan cerita yang dipunyainya. Dia sadar bahwa apa yang dikeluhkannya adalah dampak dari sifat Bern yang kurang peka.
Bern sempat menyangka bahwa selama ini hiduplah yang tidak berpihak padanya. Selama ini Bern kecewa dengan respon yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya yang terlihat seolah tak menerima keberadaan Bern di tengah-tengah mereka. Padahal kenyataannya, Bern lah yang telah menciptakan keadaan itu. Bern selalu menuntut orang lain untuk memperhatikannya tanpa Bern mau memperhatikan mereka lebih dulu. Bern hampir tak pernah mau peduli dengan keadaan sekitarnya. Bern hanya asik menikmati dunianya dan merasa bahwa ia harus selalu menjadi pusat perhatian semua orang. Sifat Bern adalah selalu ingin menjadi pusat perhatian saat dimanapun Bern berada. Tapi ia sendiri juga hanya sibuk berbicara dengan 'hati'nya. Sedikit aneh memang, Bern suka sekali berdiskusi dengan dirinya sendiri dan bekerja sama dengan 'jiwa'nya.
Namun demikian, Bern sebenarnya sangat tidak nyaman dengan dirnya sendir. Sifat dominan Bern adalah Pemalu dan gampang merasa minder. Benar-benar unik anak ini yah.
Contoh kecil, ketika Bern memasuki komunitas baru atau lingkungan yang baru pertama kali dikunjungi, Bern merasa sangat nervous dengan dirinya dan penampilannya. Dia sangat pemalu dan jarang sekali berbicara. Lagi-lagi Bern selalu saja 'berdiskusi' dengan jiwanya. Sampai akhirnya semua orang menilai Bern sangatv sombong dan terlalu pendiam. Jadinya yah  'ga asik'  . Dan terkesan membuat jarak dengan orang-orang yang ada disekitarnya itu. Rasa minder Bern itu membuat Bern akhirnya susah berbaur dengan sekitarnya. Sungguh anak perempuan yang aneh!
Bern sendiri pun ingin sekali keluar dari kebiasaannya ini. Bern bingng, mengapa sifat anehnya itu sangat betah mendiaminya selama 20 tahun hidupnya.
Dalam kelompok apapun Bern selalu ingin menjadi nomor satu dan mendominasi semuanya. Perfeksionislah. Dia ini selalu ingin menjadi yang terbaik, terlihat sangat menawan dan selalu ingn disanjung. Tetapi gampang sekali 'down'. Terlalu minder dan hobinya yang lain juga adalah membanding-bandingkan dengan orang yang lebih baik dari dirinya (orang yang mampu menyaingi Bern lah...)

Merasa pegal dengan posisinya kala itu, Bern pun meletakkan gitar yang tadi dipeluknya di samping tempat duduknya. Hari mulai gelap dan kopinya sudah sangat dingin. Hujan mulai sedikit reda dengan titik-titik airnya yang masih turun. Bern menyeruput semua kopinya dan menyisakan ampasnya pada cangkir putih susu miliknya ( cangkir kesayangan Bern ).
Bern menghela nafas panjang. Kemudian melihat jam tangan miliknya yang menunjukkan pukul 6 sore lewat beberapa menit. Tampaknya Bern sedang menunggu seseorang sore itu. Muka Bern tampak murung dan sedikit gelisah. Ya, tanda-tanda merasa bosan begitu. Kemudian Bern mengarahkan wajahnya lurus ke depan tanpa apapun yang menjadi pusat perhatiannya. Bern kembali pada lamunannya.
Ia teringat akan nilai-nilainya yang hancur lebur di perkuliahan.Bern ini anak yang sangat pintar sebenarnya. Sejak SD sampai SMA selalu masuk dalam 5 besar. Dan selama SMP sampai ia SMA menyandang peringkat pertama tanpa putus. Hal ini yang mungkin membuatnya sombong dan merasa selalu ingin menjadi yang terbaik. Tapi sejujurnya, Bern itu pemalas dan sangat tidak disiplin. Prestasi yang diraihnya itu hanya karna ia 'bejo' saja. Artinya Bern memang selalu beruntung. Prestasi itu diraih tanpa kerja keras dan usaha yang berarti. Bern seuka sekali sepele dengan apapun.Termasuk dengan waktu dan pekerjaan rumah sekolahnya yang diberikan guru. Sampai akhirnya ia tertampar dengan hasil SNMPTN yang mengejutkannya. Ya, Bern tak berhasil mencapai Universitas yang dicita-citakannya. Tapi lagi-lagi Bern 'bejo'. Dia mencoba jalur khusus yang dibuka salah satu Universitas yang ada di kotanya ( gagal ke luar kota ya mau tidak mau di dalam kota saja ). Tanpa mengeluarkan sogokan sedikitpun Bern behasil menembus Universtitas tersebut. Di saat teman-teman Bern mengeluarkan biaya berjuta-juta sebagai sogokan, Bern lolos dengan lempangnya. Bern sedikit bersyukur untuk itu. Namun sifat sombongnya kumat lagi. Dia merasa sangat terpaksa menjalani perkuliahan di Universitas ini. Segala hal dijalaninya dengan setengah hati. Semua serba acuh tak acuh. Memang karna Bern anak yang pintar saja, makanya agak sedikit membantu. Namun Bern sering bolos kuliah dan memiliki sangat banyak absen yang berdampak pada nilainya yang berantakan. Pintar saja tidak cukup di sini. Bern terpukul dan 'jatuh' dengan kenyataan bahwa nilai-nilainya rendah. Dia hancur! Sedih sekali bathinnya menahan semua yang menimpanya. Tapi memang ini semua pantas diperolehnya. Bern pun sadar akan hal itu.
Tak terasa air mata Bern jatuh. Bern terisak dengan sangat haru namun suaranya ditelan oleh gemuruh hujan yang tiba-tiba sangat deras. Bern teringat wajah ayah dan ibunya. Ya, Bern teringat mereka yang mulai menua dan lemah. Badan yang dulu kekar dan gagah kini mulai membungkuk. Bern terisak terdengar begitu menyedihkan. Matanya perih akibat air matanya yang mengalir deras;
Bern menyesal untuk itu.

Bern teringat seseorang,
Sebulan lalu ada orang asing yang tiba-tiba muncul kedalam kehidupannya.
Bern mengenalnya melalui dunia maya.
Sampai akhirnya Bern menyadari bahwa orang yang dikenalnya itu merupakan seseorang yang pernah menjadi mentor tamu dalam sebuah kegiatan yang diadakan oleh organisasi yang didiami oleh Bern.
Orang ini bernama Shine
Sejak mengenal Shine, Bern banyak mendapat masukan dan arahan-arahan mengenai hidup. Bern merasa sangat dekat dengan Shine seperti sudah pernah kenal saja sebelumnya. Tapi entah dimana, Bern pun tak paham.
Shine sangat bijaksana dalam menyikapi berbagai masalah Bern. Memang mereka baru saja saling kenal, namun Bern sudah sangat mempercayai Shine dan menuangkan seluruh cerita pahit yang dialami Bern. Masukan-masukan Bern dianggap sangat masuk akal. Bern sangat tenang saat setelah Shine memberi jawaban atas permasalahan Bern yang rumit. Seolah-olah Shine sudah paham betul dengan karakter Bern yang aneh dan tidak biasa. Bern benar-benar merasa sangat nyaman setiap kali berkomunikasi dengan Shine. Ya, Shine benar-benar sangat membantu. Bern banyak disadarkan oleh tanggapan-tanggapan yang diberikan Shine padanya. Shine menyarankan Bern untuk benar-benar merasakan keberadaannya adalah bagian dari masyarakat, lingkungannya. Bern disadarkan dengan kata-kata Shine yang mengatakan bahwa Bern itu tidak hidup sendiri dan tidak mampu hidup sendiri. Bern mebutuhkan orang lain untuk berinterkasi. Itu merupakan kebutuhan yang sangat mendasar. Shine tampaknya begitu paham dengan kondisi psikis Bern. Shine menyarankan Bern untuk mampu memecahakan 'Laten' yang selama ini membyangi Bern. Bern disarankan untuk mampu men'nol'kan dirinya dan mulai untuk peka terhadap sesama. Selama ini bukan bern yang diasingkan, tetapi Bern lah yang mengasingkan diri. Bern apatis dan skeptis terhadap dunia luar juga sekitanya. Bern ditengah masyarakat tetapi Bern juga terjebak dalam dunianya yang sepi sendiri. Bern terjebak di sana. Tapi Shine datang tepat waktu. Shine menolongnya untuk mampu keluar dari kebiasaan buruk yang kerap dioakukan Bern. Pemikiran Bern pun berangsur-angsur berubah. Bern berubah menjadi lebih ceria dan terbuka terhadap semua orang. Bern tidak kaku dan membuang jauh-jauh pikiran negatif tentang sekitarnya. Bern mencoba nyaman dengan dirinya terlebih dahulu dan secara otomatis Bern merasa nyaman dengan orang lain. Shine tampaknya sangat banyak membantu Bern. Bern yang selama 20 tahun telah nyaman dengan 'dunia'nya, kini mampu keluar dari sana dan memulai kehidupan yang baru dan tentu jauh lebih berkualitas bila dibandingkan waktu-waktu sebelumnya yang terbuang percuma.
Bern mulai berubah dan kembali bergairah utnuk merancang mimpi-mimpi sert masa depannya yang dulu sempat dikutukinya.

tttttiiiiiinnnn...tttttiiiiiinnnn...tiiiiiiiiinnn....
Suara klakson menyadarkan Bern dari lamunannya. Ternyata hujan sudah reda sejak tadi dan di depan pagar rumahnya Bern melihat sebuah sepeda motor terparkir dalam keadaan masih menyala. Bern menghela nafas panjang dan segera mengusap-usap matanya yang sembab akibat tangisannya tadi. Bern merapikan dirinya dengan semangat gembira setengah gugup. Shine, orang yang sejak tadi ditunggu-tunggu oleh Bern pun akhirnya datang juga. Shine mendapati Bern masuk ke dalam halaman rumah Bern dan memasuki teras rumah Bern. Senyuman manis Shine menyapa Bern yang tampak berantakan. Bern tersenyum malu-malu.
"Yuk, berangkat sekarang Bern...", Ucap Shine.
Bern hanya mengangguk malu-malu tanda ia setuju dengan ajakan Shine.
Mereka segera berpamitan dengan orangtua Bern dan permisi untuk pergi ke toko buku.
Mereka pun pergi dengan senyuman di masing-masing wajah mereka.

Dalam perjalanan Bern berucap dalam hati:
"Terima kasih Shine. Terima kasih telah mengubahku menjadi lebih baik sekarang ini. Kau telah memanusiakan aku dan menyadarkan aku dari zona nyamanku. Aku berhutang hidup padamu Shine. Sekali lagi kuucapkan terima kasih."

0 tinggalkan komentar:

Posting Komentar