0 Di pantai kemarin

24 Februari 2013
Di pantai kemarin, diam-diam kukagumi kau inci demi inci. Mengagumimu dalam diamku dan akhirnya sesak menjeratku. Kau berlari riang membebaskan dirimu di tengah hamparan pasir dan air yang menantang. Ya, kau tampak begitu mempeseona di sana. Kelakar kita memang memecah ketika itu, namun semua dibatasi oleh nalarku yang menangkap bahwa kau tak menyimpan rasa yang sama dengan apa yang kurasakan. Di sini, di hatiku, di pikiranku. Otakku kacau!
Rasanya aneh benar... Sungguh! Gugup... Ya, gugup! Saat kau mendekatiku, duduk di sampingku...
Bercerita, kunikmati yang tak seharusnya kunikmati...
Bukan isi ceritamu yang kunikmati, tapi indahnya lukisan maha pencipta di atas wajahmu... Matamu membekukan aku... Hey, kau yang nakal!!! Tega benar kau membekukanku dengan tatapanmu yang dingin itu. Dadaku serasa tertusuk oleh ribuan peniti cinta. Hahahahaha....
Tajam!
Sial!!! Aku suka matamu itu!!!
Anehnya, biarpun mata itu menyakitiku aku tetap saja menikmati rasa sakitnya...
Sepertinya ada yang salah dengan diriku...
"Sang Maha Pencipta sangat menyukaimu" gumamku dalam hati.
Tak hanya matamu yang indah, hidungmu itu bagaikan menara yang menjulang kokoh.
Aku sukaaaaaa....
Mereka seolah berbicara, sebuah bahasa yang tak terdengar... Namun dapat kumaknai artinya...
Eh,,, tidak-tidak! Mungkin belum kupahami maknanya, namun akan.
Dari bibirmu pun tercipta kata-kata mantra yang menyihirku. Aku terlalu mengagumi setiapmu...
Jantung bodohku ini!!! Mengapa ia berdetak tak terkendaliiii?????
Air mukaku pun aneh...
Terlihat bodoh!!!
Angin pantai, mungkinkah kau bisikkan pada telinganya bahwa aku gila karenanya???
Ah, telinganya saja tuli!!! Mana mungkin ia mendengar!!!
Kalau begitu, pasir pantai saja.
Pasir pantai yang kukagumi, mampukah kau tuliskan pesan cintaku padanya saat ini???
Lagi-lagi aku baru ingat, ternyata matamu buta :(
Mana mampu ia membaca pesan itu...
Lalu harus dengan apa???
Dengan apa aku menyampaikan kesesakanku ini???
Adakah sebuah wewangian yang bisa sampaikan pesan ini???
Tapi tak ada...
Cuma aroma amis pantai yang ada di sini...
Mana mungkin aroma amis ini yang mewakili...
Hahahahaha... Senja memudar...
Malam menyapa...
Cerita berhenti di sini...
Dan aku, masih saja mengagumi...
Dalam diamku...
Di sini,
Di sebuah kebisuan abadi yang memasungku...

2 HARUS!!!

5 Februari 2013
Jadwal perkuliahan hari ini super padat! Ditambah semangatku yang baru saja di recharge.
Kutemui banyak perubahan. Yang paling mencolok adalah motivasi internalku.
Yah...Aku telah menemukan alasan dan tujuan mengapa aku harus menjalani proses pendidikan ini.
Seperti mendapatkan ilham, aku mengalami sebuah pencerahan.

Hal yang dapat kukutip hari ini dari 3 dosen yang kutemui dalam masing-masing kelasnya adalah bahwa mahasiswa harus menyadari tentang sebuah tujun mengapa dia harus ada di sana ( di kelas mata kuliah tersebut ). Apa yang menjadi landasan dasar merupakan penentu dari proses serta hasil menjalani kelas tersebut selama satu semester ini. Alasan yang jelas menuntun kita kepada tidakan yang 'jelas' pula. Tidak hanya sekedar ikut-ikutan atau menjalani saja proses perkuliahan itu seperti air mengalir.

Hal lain yang dikemukaan adalah hal sederhana, namun faktanya sulit untuk diaplikasikan.
Integritas dan tanggung jawab. Dalam hal integritas telah termasuklah di sana konsistensi dan etika dalam berprinsip. Sering sekali kita mendengar kata-kata tersebut di atas. Namun dalam evaluasi pelaksanaannya masih perlu dilakukan beberapa pembenahan. Jujur saja, aku orang yang bertipe tak acuh dengan sebuah tanggung jawab. Konsistensi dalam diriku pun minim. Hal ini refleksi dari beberapa pendapat yang dikemukakan sebagian teman-temanku. Aku pun tidak membantah penialaian mereka. Terlalu bodoh bagiku, ketika aku telah menyadari bahwa kedua hal tersebut dituntut dalam pencapaian seebuah kesuksesan dan aku masih saja tak menghiraukannya. Sementara aku adalah pemimpi besar. Sama saja aku seperti bermimpi di siang bolong.Aku harus mampu merubahnya. Ya, harus! Ini kesekian kalinya nasihat spontan yang kudengar. Rasa-rasanya sudah terlalu sering aku mengabaikan suara 'ilahi' itu. Semoga saja aku bisa mengubah kebiasaan buruk ini. Tidak, tidak ada kata semoga. Tapi HARUS!

Dosen kedua masuk dengan menyinggung masalah Konsentrasi sebuah bidang untuk ditekuni atau didalami. Benar saja, untuk apa kita tahu segala hal namun hanya sebatas tahu? Atau kata lainnya 'setengah-setengah'.
Dan mustahil juga ada manusia yang 'segala bisa' hahaha...
Benar juga pikirku.
Aku mulai berpikir...Apa yang menjadi konsentrasiku saat ini?
Tak satu matakuliahpun yang menarik minatku. Mungkin belum...hehehe
Aku harus segera menemukannya. Dimana aku...
Yah, kurasa perktataan bapak itu sangat-sangat tepat!!!
Kuyakin, kesadaran itu tak mungkin dapat kutemui dalam waktu yang singkat. Kunikmati dulu sajalah prosesnya. Pasti akan timbul dengan sendirinya. Yah...pasti akan...

Dosen ketiga menyinggung masalah wawasan yang luas. Mahasiswa dewasa ini dituntu untuk dapat aktif. Janagn seperti bayi yang maunya hanya 'disuapi' makanan. Mahasiswa hendaknya perlu bertumbuh dan berkembang. Tidak terus saja menjadi bayi. Manusia dewasa akan mandiri. Makanannya pun harus 'dicari' sendiri. Perumpamaan yang amat baik menurutku. Tepat sekali.
Aku saja malas mencari tahu. Karena aku merasa sok tahu.
Tapi, ketika aku menyadari bahwa aku tak tahu apapun, aku merasa menjadi orang terbodoh. Dan tak mau dikatakan bodoh. Maka adrenalinku terpacu untuk mecari tahu.

Salah seorang filososf terkenal pernah berkata,"Orang yang bijaksana adalah orang yang menyadari bahwa dirinya tidak tahu"
Benar sekali bukan?!
Maka dari itu, wawasan sangat dibutuhkan mahasiswa dalam menciptakan tindakan apa yang hendak dilakukannya dalam pencapaian tujuan di awal.
Bagaimana bisa berpraktek kalau teorinya saja tidak tahu?
Yah... Lagi-lagi aku dikoreksi....
Apakah sebuah kebetulan atau apalah, aku sendiri tidak tahu.
Yang pasti semua saling terkait.
Rassanya, kalau aku memang waras, aku sangat perlu mempraktekkan itu.
Semoga...
Eh...tidak...tidak...! HARUS! :)))) hahahahaha....

0 Rajutan Kata Itu, Menghangatkanku

3 Februari 2013
"Jadikan ketakutanmu menjadi tantangan untuk maju!"
-----------------------------------------------------
Rajutan kata-kata itu kembali menghangatkan asaku yang semakin dingin.
Aku tak paham akan apa yang menjadi sasaran cerita hidupku.
Aku sering mengambil waktu meisahkan diri dari keramaian dan mendiami ruang gelap untuk merenung.
Sebenarnya kenapa dan untuk apa aku ada di dunia yang fana ini.
Belum kudapati jawaban itu.
Sepertinya hidup yah memang harus bergulir saja.
Tak perduli apakah aku siap atau tidak dengan perubahan dari waktu-waktu yang berjalan.
Terlalu cepat!
Singkat!
Saat sekali waktu, kupandangi opungku yang sedang tertidur.
Kupandangi mereka inci demi inci.
Keriput menghiasi tubuh mereka.
Kelemahan dan keterbatasan membalut mereka kini.
Aku takuuuuuttt...
Seperti waktu akan segera menjemput mereka.
Aku merasa sangat getir...
Tak siap untuk menghadapi kenyataan yang benar-benar nyata.
Mungkin selama ini aku hanya pura-pura tak acuh dengan segala kebenaran itu.
Perubahan ternyata benar-benar ada!
Hal yang sama kulakukan kepada orang tuaku.
Saat mereka sedang tidur,
kupandangi mereka dengan detilnya.
Semua berubah.
Mereka benar-benar akan tua!
Ya...waktu menelan segala kekuatan mereka di masa muda.
Tapi, apa yang sudah kulakukan???
Apa yang telah kuberikan bagi mereka???
Seketika itu juga kepalaku panas.
Dadaku sesak dan miris.
Jantungku berdetak dengan sangat cepat.
Airmata menjadi jawaban.
Tak ada yang kulakukan.
Belum...
Belum ada...
Lantas, sempatkah usia mereka menanti saat itu tiba?
Saat aku akan tampil menjadi cahaya,
Dan menerangi mereka saat mereka tak mampu lagi melihat.
Sempatkah mereka melihatku menjadi sesuatu yang mereka harapkan?
Aku terdiam.
Tertunduk.
Malu.
Takut.
Gusar.
Ntahlah,
Lagi-lagi target!
Target mengejar-ngejar ku.
Aku takut tergilas dengan waktu.
Aku takut tak mampu!
Takut gagal.
Aku takut menjalani ini semua.
Panggung kehidupan memaksaku untuk bergegas.
Bergegas memaikan peran yang rumit.
Dapatkah aku menjiwai peran ini dengan baik?
Kembali,
Ketakutan menjadi musuh.
Ketakutanku memberatkan langkahku.
Aku gemetar.
Semoga saja...
Semangatku akan rajutn kata-kata semalam
tak hanya sekedar perasaan yang suam-suam kuku
Aku kembali.
Fokus.
Oleh sebait doa yang seseorang lantunkan untukku.
Dia saja yakin,
masakan aku tidak?
Aku harus!

0 Hai, Santa Bernadette!

Hai Santa...
Aku ingin bercerita banyak denganmu malam ini...
Kemarilah, duduk di sampingku dan temani aku bernbincang sejenak...
Banyak sekali yang ingin ku ungkapkan padamu...
Tapi, sebelumnya aku ingin berterima kasih kepadamu karena kau telah bersedia melindungiku selama ini. Sebab engkau memang santa pelingku, Santa Bernadette...
Kau begitu cantik.
Kecantikanmu itu benar-benar disempurnakan dengan kebaikan hatimu.
Kau pasti sangat rajin berdoa. Aku yakin itu. Mungkin itulah sebabnya kenapa Bunda Maria menampakkan diri padamu.
Santa Bernadette yang amat cantik dan rendah hati,
aku sering mendengar cerita tentang kisah hidupmu. Aku membaca banyak artikel mengenai dirimu. Aku juga sering melihat lukisan-lukisan serta foto-foto tentang dirimu.
Ya, kukira kau memang amat cantik.
Oh ya, Santa...Coba ceritakan padaku mengapa kau begitu setia melayani Tuhan Yang Agung itu?
Menagpa kau bersedia mengabdikan dirimu demi melayani umat, santa?
Adakah kau temukan kedamaian saat kau berdoa?
Santa, mengapa semasa hidupmu kau begitu baik hati?
Mengapa di tengah kondisi fisikmu yang lemah kau tetap dapat membantu keluargamu?
Kau begitu hebat, santa! Aku merasa sangat bangga memiliki santa pelindung sepertimu.
Santa, aku mendengar dari orang banyak bahwa kau setia menjagaiku kemanapun aku ada.
Benarkah itu santa? Tidakkah kau merasa lelah untuk menjagai anak nakal sepertiku ini? hehehe :'D
Santa Bernadette,
Adakah kau memelukku sekarang ini?
Aku kedinginan. Sangat dingin.
Imanku terdahulu sepertinya sedikit padam. Kurasa mulai padam dan hampir benar-benar padam.
Aku tak tahu mengapa semua seolah hambar.
Padahal, Yesus sudah sangat sering membantuku.
Kau tahu santa, Yesus adalah Pribadi yang benar-benar luar biasa...
Jangan beritahu Dia kalau aku kemarin-kemarin nakal yah....xixixiixi...
Aku takut Dia marah...
Aku sangat mengasihi Dia.
Santa, apakah kau bersama Yesus sekarang ini?
Sampaikan cintaku padaNya yaaa
Apakah Yesus masih menyayangiku? Coba tanyakan padaNya.
Aku merasa sekarang Dia mulai menjauhiku. Entahlah...
Aku memang nakal. Aku memang suka membantahNya, tapi aku ini sangat mencintai Dia.
Namanya juga anak-anak :P
Wajar nakal pada Bapanya. hehe :)))
Santa yang baik, kalian semua sedang apa di sana?
Surga...
Tempat yang indah. Kata Kitab Suci begitu.
Apakah benar demikian, santa?
Ramaikah di sana? Adakah tempatku disediakanNya bagiku?
Aku juga pesan tempat untuk keluargaku , boleh ya???
yayayaya.... :)
Supaya kami dapat berkumpul kembali di sana...
Santa Bernadetteku yang cantik,
Kadang aku merasa sangat takut.
Takut untuk menjalani hidup yang penuh dengan teka-teki ini.
Mengapa hidup begitu rumit?
Apakah kau memikirkan hal yang sama sepertiku, santa?
Kurasa memang hidup ini sangat rumit.
Sejak masa penciptaan saja pun hidup sudah benar-benar rumit.
Entah mengapa hawa tak puas dengan kebaikan Allah yang sudah dengan baik hati menyediakan tempat yang begitu nyaman bagi manusia dan dirinya...Padahal kalau saja dia tidak tergiur dengan buah terlarang itu mungkin penderitaan takkan pernah ada. Tapi tak apalah. Semua memang sudah terlanjur terjadi.
Adakah hawa bersama dengan kalian juga di sana?
Cantikkah ia?
Santa, aku sini duduklah dekatku....disampingku....
Maukah kau memberiku sebuah pelukan?
Bolehkah kusandarkan kepalaku di bahumu sebentar?
Aku lelah. Dunia tak menyimpan ketulusan. Dunia tak memiliki kejujuran.
Dunia tak mengenal kasih. Kenapa kita harus ada di dunia ini santa?
Mengapa harus ada dosa?
Berat betul. Aku benar-benar lelah.
Doakanlah aku. Sering-seringlah datang melihatku.
Temani aku saat aku sedang kosong.
Kurasa kita bisa menjadi teman baik. ;)
Dan jangan takut untuk menjewer kupingku saat aku malas untuk berdoa.
Ya, santa...
Sekarang aku malas berdoa.
Keinginan dagingku sedang menguasaiku saat ini.
Cubit aku kalau aku nakal ya...
hehehe...
Kurasa kau memiliki tugas lain.
Anak-anak lain juga sedang memerlukanmu saat ini.
Pergilah temui mereka.
Sekarang, waktuku tidur. Karena besok adalah hari pertamaku di semester 6.
Doakan dan lindungiku selalu ya, santa...
Sebelum pergi, berikan aku satu kecupan di dahi. Kumohon...dulu papa sering melakukan itu padaku saat sebelum aku tidur. Sekarang, berikan aku kecupan dahi itu.
Selamat malam santa.
Aku mengasihimu.
Salam damai~

2 INGATKAH, PA???

Papa...
Apa kabar papa di sana? Apakah papa merindukan aku, putri kecilmu? :')
Aku tak yakin akan pertanyaanku itu. Terlalu bodoh.
Tanganku gemetar pa, saat hendak menuliskan surat ini untukmu. Airmataku telah tumpah sejak tadi memanggil lirih nmamu dalam hati. Papa :'(
Aku tak tahu harus mengatakan apa. Aku tak punya ide harus menyampaikan apa.
Aku bingung, pa. Bingung...
Di sini, aku terpuruk. Putri kecilmu terpuruk dalam kesedihan yang tak  jua mau pergi.
Papa sudah lupa yah sama aku? Kenapa papa enggan melihatku?
Kenapa papa tak menyisakan waktu untuk menghabiskan waktu bersamaku?
Mengapa papa tak lagi memeluk dan mencium keningku, pa?
Kenapa aku tak lagi bisa mencium tanganmu dan merasakan kehangatan serta kelembutan tutur katamu pa???
Aku rinduuuuu!!!!!!! Aku rinduuuuuu!!!!!!!!!
Kenapa papa tak menghiraukan balasan smsku? Kenapa papa tak menjawab teleponku?
Apakah papa membenciku??? :'(
Apakah papa mulai melupakan aku?
Apakah aku punya salah sampai-sampai papa meniadakanku dari hidupmu pa???
Tahukan papa...saat ini aku benar-benar membutuhkanmu...Aku ingin bercerita banyak hal denganmu...
Seperti dahulu... :')
Berkelakar bersama. Minum kopi bersama. Main gitar bersama. Merancangkan mimpi-mimpi kita bersama, antara mami, aku dan papa. Hanya kita :')
Kapan lagi kita akan menghabiskan malam bersama? Kita... Di teras rumah...
Ada mami , papa, serta aku di antara kalian. Hangat. Kita hanyut dalam canda tawa kita...
Kita kadang berdebat dan saling beradu pendapat. Dan aku memang selalu kalah untuk itu :')
Mami hanya menjadi wasit kita, pa...
Saat kita bertengkar... Mami memarahi kita... Ingat itu, pa???
Apakah papa ingat pa???
Apakah papa ingat saat kita bekerja sama mengerjakan tugas kesenian dari sekolahku dulu???
Aku ingat itu pa :') Aku selalu gagal dalam menggambar. Papa sang master dalam ukuran gambar dan lukisan. Papa memang hebat :')
Aku bangga punya papa sepertimu. Aku bangga, pa...
Walaupun aku sering merasa kesal karna papa selalu saja membuntutiku dan mengawaliku saat aku sedang keluar bersama dengan teman-temanku. Dalam hati aku senang pa. Ya, aku merasa senang.
Walaupun papa selalu saja menjemputku ke sekolah dan membuat teman-temanku menertawaiku karena itu, aku bahagia, pa... Papa begitu memperhatikanku...
Aku rindu...... :'(
Kapan lagi papa akan bertanya-tanya bagaimana prestasiku??? Kapan lagi papa mengomeli teman-teman pria yang datang ke rumah untuk mendekatiku??? :'D
Kapan lagi papa akan bertanya apakah aku sehat...
Pa, 6 tahun lebih ini kulewati tanpamu, pa... Aku rindu....
Apakah papa tahu, aku sakit pa...
Aku melewati hari-hariku dalam kesendirian dan kebisun pa...Aku ingin sekali teriak dan menjerit...!!!!
OH TUHAAAAAAAAAANNNN!!!
Sakit sekali pa...Aku guncang, pa...
Tahukah papa, hampir saja aku mengalami gangguan mental. Sedikit lagi mungkin aku akan gila.
Lihatlah aku, pa. Di sini, rindu pelukanmu...
Rindu akan perhatianmu...
Pasti papa tak tahu kan, kalau penyakitku kerap kambuh pa...
Iya, pa...
Tubuhku tak cukup kuat untuk menangkis segala penyakit yang menghampiriku...
Papa tahu itu... Papa tahu kalau putri kecilmu memang sangat lemah...
Dimana papa yang dulu selalu merawat dan menjagaku???
Saat demam tinggi, papa setia menungguiku sampai pagi di sisi samping tempat tidurku...
Papa tak tidur sampai pagi tiba, hanya untuk mengompresku hingga demamku turun.
Papa yang selalu menggendongku saat aku tak kuat berjalan ke kamar kecil.
Dimana lagi kutemui papa sepertimu???
Au diam dalam keheningan ini pa...
Dimana papa sekarang??? Aku ingin bertemu dan mencium tanganmu, pa...
Di, sana juga surgaku. Selain dari telapak kaki mami...Papapun surga bagiku.
Maafkan aku yang selalu saja membantah saat papa sedang menasihatiku. Maaf aku yang keras kepala ini. Aku selalu mengikuti mauku dan selalu nakal saat sedang dinasehati...Aku ingat waktu papa memanggilku bengal. Merengkel :') Ya, aku suka sebutan itu. Tak ada lagi yang meanggilku demikian sekarang ini pa.
Maukah papa memarahiku lagi??? Maukah papa menasehatiku panjang lebar???
Maukah papa memberikanku larangan-larangan utnuk tidak boleh melakukan ini dan itu lagi, pa???
Aku rindu dengan semua itu...
:'( hiksss...
Dulu memang aku merasa sangat terkekang, pa.
Tapi sekarang aku sadar, apa yang papa lakukan itu demi aku, putri kecilmu.
Lihatlah aku pa... Aku sekarang telah dewasa. Mungkin umurku saja yang masuk dalam kategori dewasa. Tapi sesungguhnya bathinku, jiwaku, mentalku belum, pa...
Aku masih saja betah dengan kenangan masa kecil yang membahgiakanku, pa...
Aku asih menganggap bahwa aku masih saja putri kecilmu yang selalu melakukan sesuai dengan panduanmu...
Aku terbiasa akan itu... Dan sekarang,
aku seolah kehilangan arah, pa...
Aku bingung harus melakukan apa...
Tak ada panduan untukku. Mami dan aku hanya berjuang sendiri, pa...
Kami menderita...
Tanpamu...
Adakah sedikit saja kepedulianmu untuk mendapati kabar tentang kami???
Pa, kembalilah...
Peluka erat anakmu...Kecupan ubun-ubun darimu adalah harta terbesarku...
Tak kan ada yang dapat menggantikanmu pa...
tak satupun...
Aku tak pernah membencimu...
Aku sangat mengasihimu pa...
bagiku, papa tetaplah papa yang hebat...
Sekalipun semua orang mengatakan yang sebaliknya...
Kau tetap papaku...
AKU MERINDUKANMU PA...
:'(
SANGAT MERINDUKANMU...


peluk hangat,

Putri Kecilmu yang malang

1 Teruntukmu, Kestaria Bulanku yang Hilang

1 Februari 2013
Teruntuk Ksatria Bulan yang sekarang entah dimana,

Aku di sini sesak dengan semua jeratan kenangan yang entah aku harus menyebutnya indah atau kelam. Dahulu memang indah, namun sekarang terasa begitu kelam. Aku terjebak dalam kefanaan yang sempat kita ciptakan. Lihatlah aku wahai Ksatria Bulanku, di sini sayapku benar-benar patah...Aku tak mampu terbang lagi...
Hal yang kamu takutkan dahulu kini benar-benar menimpaku. Kita gagal terbang menembus kenormalan akal dunia.

Aku, malaikat kecilmu, sangat merindukanmu.
Sakau aku dibuat aroma tubuhmu yang khas itu. Kegelapan menyelimuti jiwaku sekarang ini. Kabut menyapa dan enggan pergi. Benar...sepertinya akan segera datang hujan.
Kesatria Bulanku, bagaimana jika matahari enggan muncul???
Aku takut hujan betah menyiramiku. Tak ada cukup tempat di bumi ini untuk menampungnya. Bagaimana jika banjir datang??? Hal yang dulu pernah kita perdebatkan...sepertinya akan segera menimpaku.
Aku akan tenggelam sayang.
Aku tak mampu berenang. Tak cukup oksigen untuk menyelaminya. Aku pasti mati.
Aku segera mati!

Itukah yang kamu mau sayangku???
Bukankah dulu kamu berjanji akan mengajariku cara untuk bertahan hidup???
Kamukah itu yang dulu tak menjanjikan mata namun berjanji akan  mengajariku melihat dalam gelap???
Janji-janjimu mebiusku. Hingga ku tak menyadari bahwa kamu tak cukup nyali memperjuangkanku...
Benarkah kamu sudah melupakanku ??? Melupakan kita...???
Aku tak yakin itu...
Aku mengenalmu...sangat mengenalmu...

Sayang, maafkan aku atas kemunafikanku. Karakter ini telah mengikutiku sejak aku masih merah. Tameng diriku terlalu tebal sehingga menghalangimu untuk menyelamiku. Kurasa kita memang saling mengenal begitu dalamnya, namun kita tak memahami. Kita belum memahami apa yang menjadi ingin kita berdua.

Semua lembaran cerita kita, tertulis tanpa sengaja. Semua seperti teka-teki. Dan teka-teki itu sangat sulit. Kamu meyerah...Namun aku tidak! Walau demikian, bagaimana bisa aku berjuang sendiriku??? Karna kamu denganku hasilnya kuat. Tapi apa dayaku. Kamu menyerah. Kamu memutuskan untuk menjalani permainan yang lain. Teka-teki yang mungkin kamu anggap lebih menarik dari kita. Kamu mau mudahnya saja sayang.

Wahai Ksatria Bulan,
Aku masih hidup dalam kenangan itu. Kesemuan masih merajaiku.
Kebiasaan-kebiasaan yang sering kita lakukan bersama, masih kulakukan.
Hanya itu cara terbaik untuk menemuimu. Menyapamu dalam bayangan kosong.
Kelakar kita masih terdengar nyaring sayang. Perdebatan yang hebat. Isak tangis bersama. Banyak hal-hal bodoh yang kita lakukan di keramaian tanpa memperdulikan orang lain di sekitar kita. Seperti Spongebob dan Patrick, kita salang mencintai dalam kepolosan yang tak dipahami oleh semua orang yang melihat.
Cerita kita, Kisah kita, cuma kita yang punya. Cuma kita yang rasa.
Mereka tak paham.

Hampir seperempat tahun kuhiasi malamku dengan tangisku mengenangmu.
Tak mampukah kamu merasakan detak jantungku yang begitu kencangnya???
Dalam hati kupanggil namamu. Lirih...
Mengapa kamu begitu egois??? Mengapa kamu pergi tanpa menyisakan sedikit oksigen buatku???
Aku hampa!!! Di sini aku hampaaaaa....

Kamu kini t'lah jauh. Tak mampu lagi aku menggapaimu. Biarkanlah aku menyaksikanmu dari sudut kebisuan ini. Memandangmu saja aku sudah sangat bahagia, sekalipun dari jarak yang begitu jauh. Asalkan tawamu tetap menghiasi bibir itu. Bibir yang indah, mahakarya Tuhan. Tapi percayalah, kehangatan pelukan serta tatapan matamu yang hangat masih jelas kurasakan menemaniku. Walau aku tahu, semua hanyalah bayang-bayang semu.

Sayang, aku tak yakin dapat menggantimu dengan mereka yang menunggu di luar hatiku. Bukan tak ada yang tepat, namun kamu masih bertakhta di sini, di hatiku, Istana Cintaku. Istana ini masih porak poranda sayang. Biarkan kubangun kembali. Walau entah berapa lama, aku tak tahu semuanya dapat pulih.

Di sini, malaikat kecilmu sangat merindukanmu...
Malikat kecil ini belum mampu terbang, dia membutuhkan pemulihan.
Hal yang kamu harus tahu, aku masih berbuat di sini. Aku berjuang. Mencintamu melalui bait-bait rosario yang kulantunkan. Doaku jalanku menujumu. Walau takkan pernah tiba, bait-bait doa akan membahagiakan kita. Di sana, di keabadian.

0 IRONI

hampa suara
kata-kata bertahta di tempat asing
bukan mulutku tempat mereka ada
bukan di situ mereka bertahta
mereka ada pada kumpulan puing-puing
puing-puing kehancuran nurani yang mati

hasratku beku
bukan karena dingin dunia
dia beku karena panas matahari tak lagi mampu menembus
semua terasa kaku
indahnya warna juga tak jua tertata
semua hasratku semu

haruku terpampang lantang
menumpahkan
arogansinya yang menyerang
dia jalang!

di kesunyian aku menanti
menanti kemurahan sang Esa
untuk membakar semua kerangka cerita yang salah
dan aku pun ingin terus berlari
untuk mencari api
hingga kesemuanku berubah menjadi arang