Hidup ini hanya bagaikan jembatan rapuh yang pasti akan
mengantarmu kepada alam ruh yang kekal. Sekali lalai, jembatan itu akan patah
dan kau terperosok jatuh kemudian. Jembatanmu dan jembatanku tentu berbeda.
Panjangnya jelas tak sama. Satu dengan yang lain memiliki jembatannya
masing-masing. Tak ada yang sama. Arsitek alam lah yang merancangkan demikian.
Berjalanlah pelan. Berjagalah dengan cahayamu. Kau tahu? Dunia ini
terlalu gelap. Terlalu gelap! Dunia tak punya sumber cahayanya sendiri.
Terangilah ia dengan cahayamu. Terangi ia dengan cahaya yang berasal dari
nurani hatimu. Setitikpun, tentu sangat berguna. Jangan sungkan untuk
mendermakan cahayamu. Dunia benar sangat membutuhkannya. Tembuslah selimut
gulita yang membungkus seluruh fatamorgananya kehidupan.
Hei! coba kau lihat, eh... maksudku raba. Coba rabalah! Tak ada
pegangan. Jembatanku dan jembatanmu tak memiliki pegangan. Jembatan kita terasa
lempang saja. Bisa-bisa kita terjatuh. Bahaya!
Raba lagi. Jembatan ini tak ada sandaran. Mari. Mari! Cercahkan
kakimu. Raba dasarnya, jembatan ini terlalu sempit! Sangat berbahaya bukan?
Jangan khawatirkan itu. Berjalanlah saja, tujuan kita ada di depan
sana. Ingat, jembatan ini hanya penghubung dan sarana penghantar saja. Dunia
ini adalah penghantar. Dunia ini hanya penghubung. Tujuan yang sebenarnya hanya
ada di depan sana. Yang jelas tertutup kabut pekat. Gelap!
Saat kau berusaha terus berjalan ke depan, kuingatkan ya, di
tengah perjalanan nanti kau pasti akan bertemu dengan sesuatu yang sangat
bercahay dan penuh dengan kemilauan. Tempat itu memiliki kemewahan dan
kemilaunya yang pasti kau nanti akan mengakui juga bahwa itu adalah tempat yang
sangat menakjubkan. Cahayanya menyilaukan. Tempat itu merupakan magnet raksasa
yang kan menarikmu ke dalamnya. Pasti, kau akan ditariknya.
Jangan terkecoh! Kuberitahu lagi ya, itu tipuan!
Cahaya di tempat itu berbeda dengan cahaya kita. Cahaya mereka
adalah cahaya api yang membakar. Mereka hanya melakukan kamuflase sekejap untuk
menjebakmu. Ingat! Cahayamu dan cahayaku adalah cahaya yang sejuk. Cahay
nurani, cahay jiwa, cahaya kalbu yang menenangkan. Bukan cahaya yang membakar
seperti milik tempat itu.
Jangan langkahkan kakimu ke dalamnya. Jangan sekali-kali kamu
memberankikan diri untuk masuk dan bersatu dengan cahaya itu. Kemilauan itu
hanya tipuan! Jangan terkecoh. Sekali saja kau lengah, selamanya kau akan
ditawannya. Jiwaku dan jiwamu akan abadi di sana.Sekli masuk, kau akan abadi di
sana. Kekal dalam api yang membakar.
Aku paham, di dalam perjalanan hidup ini kadang kau rasa letih.
Aku tahu itu. Aku tahu kalau perangkap selalu siaga menjebak. Berhati-hatilah.
Kalau kau letih, berdiamlah.
Pejamkan mata, carilah si arsitek alam. Dia ada di pikiranmu. Dia
ada di alam intuisimu. Dia di hatimu. Undang dia hadir dan ajaklah dia duduk
bersamamu.
Aku mau mengingatkanmu kembali bahwa si arsitek pernah menyuarakan
sabda janji untuk mu, aku, dan mreka. Yakni suatu tempat di ujung perjalanan
dari jembatan ini. Kehidupan yang kekal. Tempat yang kekal. Tempat yang tak
mengenal airmata dan kesakitan. Tempat yang penuh tawa bahagia, tidak ada
kesedihan maupun ratapan.
Saat kau kehilangan cahaya, mintalah si arsitek untuk
menambahkannya kembali. Dia pasti akan memberikannya padamu. Keletihanmu akan
diusirnya dengan angin kesejukan. Pasti letihmu akan hilang.
Kau dahaga? Kau butuh air? Tenang saja. Dia memiliki air yang
hidup. Apa itu air hidup? Itu adalah air yang pasti akan melenyapkan dahaga dan
kesesakanmu akan hidup.
Masih ingat dengan tempat yang kemilauan tadi? Kuingatkanuntuk kesekian
kalinya, jangan terlena untuk masuk. Jangan! Ini kutegaskan, tempat itu adalah
tempat terlarang yang penuh dengan kutukan!
Kendalikan hasratmu. Kendalikan.
Jangan lupa juga, jembatan kita ini rapuh, sempit, dan gelap
gulita.
Melangkahlah dengan yakin. Berjalan terus ke depan tanpa ragu dan
takut. Yakinkan hatimu.
Kalaupun keyakinanmu juga padam, berteiaklah. Mintalah pertolongan
dari sang empunya alam. Merataplah!
Menangislah, tangisi ketololanmu. Sadari kelemahanmu, insyaf kau!
Ratakan dirimu serata dengan tanah. Sujud dan minta semua
perlindungan. Jembatan ini akan aman sekalipun gelap.
Tetaplah berhati-hati. Awas terperosok jatuh. Jangan gegabah dalam
memilih langkah. Bersabarlah dengan kondisi yang gelap. Bersyukurlah dengan
pemberian jembatan ini. Sekalipun rapuh, namun hanya inilah satu-satunya
pijakanmu untuk menyebrangi dua alam itu. Kita pasti akan ke sana. Jembatan
inilah penghubungnya. Kuncinya, hati-hatilah melangkah. Semua pasti akan
baik.
Sebuah tulisan di Selasa pagi, 24 September 2013