Profesi Guru Bukan Profesi Rendahan (!)

3 April 2013


Berbicara mengenai pembinaan guru di Indonesia, saya, selaku masyarakat dan mahasiswa, memandang bahwa masih banyak sekali kekurangan yang sangat harus dibenahi dalam pembinaan tenaga pengajar di Indonesia ini. Sebenarnya saya bingung mau memulainya dari mana, tapi saya akan mencoba memaparkan beberapa yang umum saja masalah yang sering muncul ke permukaan publik. Masalah-masalah tersebut adalah berupa ‘diskriminasi’ citra, baik sejak mulai mengemban bangku kuliah hingga telah sah menjadi seorang guru dan memiliki pengalaman mengajar.
                Diskriminasi yang saya maksudkan di sini adalah berupa citra dan pandangan masyarakat luas bahwa Lembaga Institusi Keguruan, kita katakanlah Universitas khusus mendidik para calon guru, contohnya UNIMED, UNY, UPI, dsb, dianggap tidak sebonavit universitas negeri lain yang mengajarkan ilmu-ilmu murni, seperti ITB, UI, USU, dsb. Kita melihat, dari segi fasilitas saja universitas yang menyiapkan calon guru, jauh lebih minim fasilitasnya dibandingkan dengan universitas lain. Kualitas pengajarannya juga jauh dari kata profesional yang sebenarnya. Alaupun memang beberapa universitas di pulau Jawa seperti, UPI dan UNJ, sudah sedikit lebih maju. Namun kenyataannya tidak dipungkiri bahwa ratingnya berada dibawah UI dan ITB, yang notabene universitas tetangga dan berada dalam satu kota yang sama.
                Fasilitas yang minim tentu akan menghambat proses belajar mengajar di dalamnya. Sistem pengajarannya juga tidak seaktif yang ada pada universitas negeri yang bukan keguruan. Anggapan masyarakat awam tentang keguruan adalah bahwa orang-orang yang mengemban ilmu di sana tidak sama terjaminnya dengan orang-orang yang mengemban di universitas yang non pendidikan. Seolah-olah paradigma tersebut sudah menjadi momok yang menakutkan bagi para lulusan SMA yang hendak memasuki perguruan tinggi. Lulusan dari universitas yang berbasis kependidikan pun dianggap seolah tak lebih berkompeten dibanding dengan yang non pendidikan.
                Para pelaku profesionalitas pendidikan, atau kita katakanlah para guru, juga dianggap tak menjamin kehidupan bagi para pelakunya. Arti kata, gaji yang diterima guru tidak sebesar dengan gaji yang dapat diperoleh oleh profesionalitas lainnya. Hal ini benar-benar sangat memprihatinkan. Apakah pekerjaan guru merupakan pekerjaan rendahan? Apakah profesi guru tak layak dipandang sebagai sebuah profesi yang menjanjikan? Apakah guru idak layak untuk bersaing di era globalisasi masa sekarang ini? Saya merasa aneh dengan pandangan dan cara berpikir masyarakat Indonesia. Di negara-negara maju, Finlandia contohnya, pendidikan mereka sangat maju. Hal itu semata-mata karena tenaga pengajar yang memang benar-benar dipersiapkan dengan sangat matang dan layak.
                Tonggak perubahan negeri kita ini tidak lain dan tidak bukan adalah melalui pendidikan. Apapun aspek yang ingin ditingkatkan, salah satu dasar yang harus dibenahi adalah pendidikannya. Pendidikan melalui tenaga-tenaga pengajar yang profesional. Sehingga sumber daya manusianya dapat dipersiapkan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Jadi, profesi guru bukanlah profesi rendahan yang seperti ada dalam pandangan masyarakat luas.
                Pembinaan guru berupa penataran dan pelatihan-pelatihan terkait pun sangat minim sekali kita temui di pelosok negeri ini. Semua tidak terlaksana secara merata. Masih banyak guru-guru senior yang belum paham menggunakan teknologi informasi dan sejenisnya. Dalam beberapa desa, internet juga merupakan hal yang langka. Kurikulum menuntut untuk menyesuaikan pendidikan dan metode belajar yang mengacu pada globalisasi, namun sarana dan prasaran pun tidak diperlengkapi. Siapa yang mau bertanggung jawab di sini? Apa yang harus dilakukan guru? Guru-guru bingung. Tidak ada kejelasan dalam segala hal yang terkait. Antara pemerintah pusat dengan  guru pun tidak terjalin hubungan kekerabatan yang erat. Padahal guru merupakan ujung tombak dari proses pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum. Menurut saya hal ini benar-benar sangat meilukan. Mengingat masih banyak sekali guru-guru honor yang tidak jelas masa depannya, sekolah-sekolah tempat guru mengajar yang jauh dari kata layak.
                Sertifikasi guru yang ada sekarang saya kira benar-benar terlambat. Mengapa baru sekarang ini pemerintah memperhatikan nasib guru? Sertifikasi ini pun saya kira prosedurnya terlalu bertele-tele. Banyak korban berjatuhan akibat program sertifikasi ini, terutama guru-guru senior yang sudah lanjut usia. Berapapun tunjangan yang diberikan melalui progra sertifikasi guru ini, menurut saya belum mampu mengganti rasa pengabdian guru-guru senior yang telah mengabdikan dirinya dalam dunia pendidilkan.
                Kesenjangan sosial terjadi dalam kehidupan guru-guru selama ini. Kesenjangan ini hanyalah dampak kurang perhatiannya pemerintah dengan dunia pendidikan dan profesi keguruan. Saya rasa organisasi-organisasi kependidikan dan keguruan juga sudah mulai perlu membenahi diri lagi. Kuatkan barisan dan mulai menata kembali rencana-rencana kedepan untuk memperjuangkan hak-hak yang sepatutnya diperoleh oleh guru-guru.
                Segala bentuk ketidakadilan harus ditindak agar kebaikan bersama dapat tercapai. Negeri ini bukan hanya milik segelintir orang ataupun kelompok tertentu. Negeri ini bukan hanya milik profesional-profesional lain saja, melainkan segala bidang profesi yang ada dalam negeri ini dapat ikut andil dalam setiap proses perkembangan negeri ini.
                Saya, Putri Amelia, ingin sekali menjadi seorang guru untuk membuktikan bahwa profesi guru bukanlah profesi rendahan yang hanya dipandang sebelah mata. Saya ingin membuktikan bahwa guru juga dapat diperhitungkan sebagai kaum-kaum cendekia yang berintelektual tinggi. Sekian dari saya.

Tulisan di atas merupakan tulisan yang terpaksa saya kerjakan karena deadline tugas...hahahhahaha...
Ibu Lauren meminta kami semua untuk membuat sebuah tulisan mengenai pandangan kami secara pribadi sebagai mahasiswa terhadap pembinaan guru-guru di Indonesia. Semoga bermanfaat :)

0 tinggalkan komentar:

Posting Komentar