Di pantai kemarin

24 Februari 2013
Di pantai kemarin, diam-diam kukagumi kau inci demi inci. Mengagumimu dalam diamku dan akhirnya sesak menjeratku. Kau berlari riang membebaskan dirimu di tengah hamparan pasir dan air yang menantang. Ya, kau tampak begitu mempeseona di sana. Kelakar kita memang memecah ketika itu, namun semua dibatasi oleh nalarku yang menangkap bahwa kau tak menyimpan rasa yang sama dengan apa yang kurasakan. Di sini, di hatiku, di pikiranku. Otakku kacau!
Rasanya aneh benar... Sungguh! Gugup... Ya, gugup! Saat kau mendekatiku, duduk di sampingku...
Bercerita, kunikmati yang tak seharusnya kunikmati...
Bukan isi ceritamu yang kunikmati, tapi indahnya lukisan maha pencipta di atas wajahmu... Matamu membekukan aku... Hey, kau yang nakal!!! Tega benar kau membekukanku dengan tatapanmu yang dingin itu. Dadaku serasa tertusuk oleh ribuan peniti cinta. Hahahahaha....
Tajam!
Sial!!! Aku suka matamu itu!!!
Anehnya, biarpun mata itu menyakitiku aku tetap saja menikmati rasa sakitnya...
Sepertinya ada yang salah dengan diriku...
"Sang Maha Pencipta sangat menyukaimu" gumamku dalam hati.
Tak hanya matamu yang indah, hidungmu itu bagaikan menara yang menjulang kokoh.
Aku sukaaaaaa....
Mereka seolah berbicara, sebuah bahasa yang tak terdengar... Namun dapat kumaknai artinya...
Eh,,, tidak-tidak! Mungkin belum kupahami maknanya, namun akan.
Dari bibirmu pun tercipta kata-kata mantra yang menyihirku. Aku terlalu mengagumi setiapmu...
Jantung bodohku ini!!! Mengapa ia berdetak tak terkendaliiii?????
Air mukaku pun aneh...
Terlihat bodoh!!!
Angin pantai, mungkinkah kau bisikkan pada telinganya bahwa aku gila karenanya???
Ah, telinganya saja tuli!!! Mana mungkin ia mendengar!!!
Kalau begitu, pasir pantai saja.
Pasir pantai yang kukagumi, mampukah kau tuliskan pesan cintaku padanya saat ini???
Lagi-lagi aku baru ingat, ternyata matamu buta :(
Mana mampu ia membaca pesan itu...
Lalu harus dengan apa???
Dengan apa aku menyampaikan kesesakanku ini???
Adakah sebuah wewangian yang bisa sampaikan pesan ini???
Tapi tak ada...
Cuma aroma amis pantai yang ada di sini...
Mana mungkin aroma amis ini yang mewakili...
Hahahahaha... Senja memudar...
Malam menyapa...
Cerita berhenti di sini...
Dan aku, masih saja mengagumi...
Dalam diamku...
Di sini,
Di sebuah kebisuan abadi yang memasungku...

0 tinggalkan komentar:

Posting Komentar