AWAS! Itu Tipuan...

13 Januari 2014
Percakapan kami membawaku kepada sebuah kesimpulan yang sangat mengusik bathin. Oke, kami di sini adalah aku dan lelaki itu, sebut saja Er. Arah percakapam kami  mengarah kepada persoalan cinta dan pasangan hidup. Sebenarnya ketidaksengajaan menenggelamkan kami dalam sebuah perdebatan tentang kesetiaan. Hahaha terlalu klise ya.

Er adalah temanku. Sejujurnya aku merasakan segala usahanya bahwa ia sedang ingin mendekatiku lebih dalam. Tapi semua itu ya aku bawa santai saja. Toh belum terbukti. Lagipula aku ini masih belum berhasrat memiliki seorang pacar apalagi pasangan hidup. Belum siap 'ribet' soalnya.

Aku tipe wanita yang percaya bahwa cinta sejati itu ada. Ya, memang ada. Ada di dalam dongeng-dongeng klasik dan wilayah fiktif lainnya. Hahaha. Bukan apatis untuk urusan cinta, tapi ya memang ini lah adanya. Proses waktu dan pengalaman membentuk aku menjadi seorang wanita yang sinis dengan cinta.

Kita insan muda sering sekali salah mengartikan cinta. Pada dasarnya cinta itu anugerah dan simbol keajaiban Tuhan. Tapi, prosesnya ini yang sering di'lebay-lebay'kan. Apalagi sekarang ini, pernikahan yang notabene boleh terjadi karena cinta, tidak lagi dianggap sebagai suatu hal yang sakral.

Sepasang anak muda memadu kasih dalam jalinan ikatan yang sering disebut 'pacaran'. Apa sebenarnya fungsi pacaran? Merusak!  Merusak makna dari cinta itu sendiri. Banyak yang berlindung dibalik kata cinta untuk saling merusak. Trend 'galau' juga semakin menyeruak akibat dari proses cinta yang salah ini. Sungguh menyedihkan.

Bukankah cinta itu sesungguhnya sumber kasih? Sumber kebahagiaan yang membangun pribadi setiap insan untuk menjadi kuat dan tangguh? Bukankah cinta itu merupakan sesuatu yang suci sehingga dijadikan pengikat dalam kehidupan perkawinan manusia? Setidaknya itu adalah pernyataan yang terdefenisi secara spontan olehku pribadi. Tentu ini karena pengalaman.

Menikmati rasa cinta memang lebih nikmat dari sebatang coklat dan secangkir eskrim. Sangat manis. Aku  dulu sempat merasakan itu dan kebanyakan orang juga mengatakan hal yang sama.

 'Jatuh Cinta itu bikin gila!'

'Aku cinta kamu. Kamu sumber bahagiaku'

Serius??? Itukah cinta???

Itu ambisi. Hanya ambisi yang sering dibarengi dengan arogansi untuk 'memiliki'.

Seharusnya cinta itu mampu mengikhlaskan. Cinta itu mendoakan. Cinta itu sabar. Bukannya malah mencuri yang belum menjadi hak kita. Cerdaslah sedikit. Khususnya kalian para wanita! Tubuh kalian bukanlah barang dagangan yang dapat ditawar nego dengan sebuah ungkapan'cinta'. Itu bukan cinta, itu tipuan!
Sejujurnya, niatku tak menikah. Tapi sebagai makhluk yang berTuhan dan percaya dengan takdir hidup yang telah digariskan, aku masih menanti cinta sejatiku. Cinta yang diutus lagsung dari Tuhan. Klise? Hahaha. Ya, lagi-lagi hidup adalah pilihan. Namun akupun tak menutupi rasa ketakutanku untuk mngenal pria dan 'jatuh cinta'. Pacaran, pacaran, pacaran, hanya akan menambah rumitnya hidup. Aku belum siap 'ribet'.
Realita tentang keperjakaan dan keperawanan pun tambah menghantuiku. Dari percakapanku dengan Er, terkuaklah bahwa lelaki yang berparas lugu ini telah sering melakukan kegiatan suami istri dengan pacarnya terdahulu. Istilah kerennya : Making Love. Ah, gila!

Awalnya aku pikir dia ini pria yang polos dari segala hal itu. Karena apa? Dia merupakan pemuda yang aktif dalam rumah ibdah dan tergolong alim. Sedikit-sedikit topik bahasan tentang Tuhan. Dia mengaku kalau sangat mencintai Tuhan. Tapi apa? Semuanya omong kosong! Semua yang kelihatan belum tentu benar. Sama dengan cinta.

Er mengakatakan bahwa ia melakukan itu karena ia sangat mencintai mantannya meskipun pada akhirnya dia harus kehilangan. HAHAHA! Ini adalah lelucon paling 'garing' yang pernah kudengar. Kalau cinta ya seharusnya menjaga. Tapi inilah faktanya, aku seorang yang freedom! Selalu menghargai setiap pilihan yang diambil oleh siapa saja. Menurutku segalanya adalah sumber belajar. Maka itu raut kekecewaanku tak tampak diwajahku saat itu. Aku berusaha menenggelamkannya ke daar lautan terdalam imajinasiku. Biarlah si Er dengan pilihan hidupnya.

Aku tak ertarik untuk menghakimi.
Hanya saja, aku ingin menyadarkan kita. Halo kaum muda...
Hati-hatilah dalam memilih pasangan. Hati-hati! Awas terjebak dengan rayuan maut 'cinta'. Sekali lagi kutekankan, itu tipuan!

Lihat Er, dia sekarang kehilangan mantannya krarena mantannya itu selingkuh. Bayangkan, wanita itu selingkuh! Padahal dia sudah sering mlakukan hubungan suami istri dengan Er. Tapi ia sanggup. Miris bukan?
Wanita tak lagi indah. Wanita tak lagi menjadi simbol keelokan surgawi. Wanita hanya menjadi barang dagangan yang diobral. Jika tak laku dalam 'pasar'nya maka dibuanglah ia ke dalam tempat sampah. Itu 'mindset' yang tolol menurutku. Tetaplah berhati-hati. Masih ada harapan untuk kita menemukan cinta itu. Cinta yang aku percaya hanya akan datang sekali seumur hidup.

0 tinggalkan komentar:

Posting Komentar