Teruntukmu, Kestaria Bulanku yang Hilang

1 Februari 2013
Teruntuk Ksatria Bulan yang sekarang entah dimana,

Aku di sini sesak dengan semua jeratan kenangan yang entah aku harus menyebutnya indah atau kelam. Dahulu memang indah, namun sekarang terasa begitu kelam. Aku terjebak dalam kefanaan yang sempat kita ciptakan. Lihatlah aku wahai Ksatria Bulanku, di sini sayapku benar-benar patah...Aku tak mampu terbang lagi...
Hal yang kamu takutkan dahulu kini benar-benar menimpaku. Kita gagal terbang menembus kenormalan akal dunia.

Aku, malaikat kecilmu, sangat merindukanmu.
Sakau aku dibuat aroma tubuhmu yang khas itu. Kegelapan menyelimuti jiwaku sekarang ini. Kabut menyapa dan enggan pergi. Benar...sepertinya akan segera datang hujan.
Kesatria Bulanku, bagaimana jika matahari enggan muncul???
Aku takut hujan betah menyiramiku. Tak ada cukup tempat di bumi ini untuk menampungnya. Bagaimana jika banjir datang??? Hal yang dulu pernah kita perdebatkan...sepertinya akan segera menimpaku.
Aku akan tenggelam sayang.
Aku tak mampu berenang. Tak cukup oksigen untuk menyelaminya. Aku pasti mati.
Aku segera mati!

Itukah yang kamu mau sayangku???
Bukankah dulu kamu berjanji akan mengajariku cara untuk bertahan hidup???
Kamukah itu yang dulu tak menjanjikan mata namun berjanji akan  mengajariku melihat dalam gelap???
Janji-janjimu mebiusku. Hingga ku tak menyadari bahwa kamu tak cukup nyali memperjuangkanku...
Benarkah kamu sudah melupakanku ??? Melupakan kita...???
Aku tak yakin itu...
Aku mengenalmu...sangat mengenalmu...

Sayang, maafkan aku atas kemunafikanku. Karakter ini telah mengikutiku sejak aku masih merah. Tameng diriku terlalu tebal sehingga menghalangimu untuk menyelamiku. Kurasa kita memang saling mengenal begitu dalamnya, namun kita tak memahami. Kita belum memahami apa yang menjadi ingin kita berdua.

Semua lembaran cerita kita, tertulis tanpa sengaja. Semua seperti teka-teki. Dan teka-teki itu sangat sulit. Kamu meyerah...Namun aku tidak! Walau demikian, bagaimana bisa aku berjuang sendiriku??? Karna kamu denganku hasilnya kuat. Tapi apa dayaku. Kamu menyerah. Kamu memutuskan untuk menjalani permainan yang lain. Teka-teki yang mungkin kamu anggap lebih menarik dari kita. Kamu mau mudahnya saja sayang.

Wahai Ksatria Bulan,
Aku masih hidup dalam kenangan itu. Kesemuan masih merajaiku.
Kebiasaan-kebiasaan yang sering kita lakukan bersama, masih kulakukan.
Hanya itu cara terbaik untuk menemuimu. Menyapamu dalam bayangan kosong.
Kelakar kita masih terdengar nyaring sayang. Perdebatan yang hebat. Isak tangis bersama. Banyak hal-hal bodoh yang kita lakukan di keramaian tanpa memperdulikan orang lain di sekitar kita. Seperti Spongebob dan Patrick, kita salang mencintai dalam kepolosan yang tak dipahami oleh semua orang yang melihat.
Cerita kita, Kisah kita, cuma kita yang punya. Cuma kita yang rasa.
Mereka tak paham.

Hampir seperempat tahun kuhiasi malamku dengan tangisku mengenangmu.
Tak mampukah kamu merasakan detak jantungku yang begitu kencangnya???
Dalam hati kupanggil namamu. Lirih...
Mengapa kamu begitu egois??? Mengapa kamu pergi tanpa menyisakan sedikit oksigen buatku???
Aku hampa!!! Di sini aku hampaaaaa....

Kamu kini t'lah jauh. Tak mampu lagi aku menggapaimu. Biarkanlah aku menyaksikanmu dari sudut kebisuan ini. Memandangmu saja aku sudah sangat bahagia, sekalipun dari jarak yang begitu jauh. Asalkan tawamu tetap menghiasi bibir itu. Bibir yang indah, mahakarya Tuhan. Tapi percayalah, kehangatan pelukan serta tatapan matamu yang hangat masih jelas kurasakan menemaniku. Walau aku tahu, semua hanyalah bayang-bayang semu.

Sayang, aku tak yakin dapat menggantimu dengan mereka yang menunggu di luar hatiku. Bukan tak ada yang tepat, namun kamu masih bertakhta di sini, di hatiku, Istana Cintaku. Istana ini masih porak poranda sayang. Biarkan kubangun kembali. Walau entah berapa lama, aku tak tahu semuanya dapat pulih.

Di sini, malaikat kecilmu sangat merindukanmu...
Malikat kecil ini belum mampu terbang, dia membutuhkan pemulihan.
Hal yang kamu harus tahu, aku masih berbuat di sini. Aku berjuang. Mencintamu melalui bait-bait rosario yang kulantunkan. Doaku jalanku menujumu. Walau takkan pernah tiba, bait-bait doa akan membahagiakan kita. Di sana, di keabadian.

1 tinggalkan komentar:

Posting Komentar