Karena Bahagia Itu Sederhana

22 Agustus 2014
Karena bahagia itu sederhana.
Sepasang kekasih di sudut taman sedang tertawa lepas dan memancarkan rona bahagia di wajah mereka masing-masing. Sekilas tak ada yang spesial dari pemandangan ini. Namun, aku sendiri pun semakin ikut tersihir dengan rasa bahagia yang mereka miliki. Seolah-olah angin ikut menebarkan kebahagiaan mereka yang meluap-luap ke sekitar wilayah taman.
Kulihat sebuah pohon cemara besar yang cukup rimbun memayungi mereka dari terik matahari yang menyengat siang itu. Mereka duduk bersila dan saling berhadapan di atas sebuah bangku tua berwarna coklat dan berbahan besi yang sebagian besinya sudah berkarat. Warna cat coklat bangku tua itu juga  tak jauh berbeda dengan warna karat yang menutupi sebahagian bangku. Sehingga tak terdeteksi mana bagian karat yang seharusnya dihindari mana yang tidak. Sebab kata guru biologiku dulu karat akan berbahaya bagi kesehatan kulit.
Dalam hati aku bergumam. Lelaki itu pasti tidak cukup modal untuk membawa kekasihnya kencan di restoran mahal. Dasar lelaki tidak bertanggung jawab! Ini lagi, wanita ini terlalu bodoh. Mengapa mau hanya diajak duduk di sebuah taman seperti ini. Ini pasti wanita murahan yang bisa diajak berkencan hanya dengan modal 'cinta' dan 'makan angin'. Benar-benar sepasang kekasih yang aneh! Darimana mereka memperoleh sumber tawa itu? Apanya yang membahagiakan? Ini malah menyiksa. Pacaran itu semestinya ya di kafe, lounge, setidaknya ke tempat yang lebih baik dari ini. Ini apa, taman? Hah! Mereka pasti masyarakat golongan rendah. Iya, itu sudah pasti. Mana level orang-orang kelas atas seperti aku ini berkencan di taman seperti ini. Hahaha. Gengsi lah, ya.
Kupandangi pakaian yang mereka pakai, hanya kaos dan celana jeans. Tak ada yang spesial, mereka pun hanya mengenakan sendal jepit. Tak ada gadget yang canggih di tangan mereka, yang pada umumnya dipegang oleh orang-orang kebanyakan saat sedang duduk di manapun. Entah untuk mebalas pesan, entah untuk browsing internet, ataupun hanya sekedar pamer kepada sekitar dan mengotak-atik tak karu-karuan seluruh aplikasi yang tersimpan di dalamnya tanpa tujuan yang jelas. Sepasang kekasih ini tak tampak memegang alat canggih apapun. Tak ada tas mahal KW-Super di dekat wanita itu dan tak ada jam tangan yang mencolok dari tangan lelakinya. Dasar orang susah. Modal cinta saja bisa betah panas-panasan di taman. Aneh.
Lihat-lihat! Air mineral. Mereka hanya meneguk air mineral kemasan. Tak ada cemilan, hanya air putih. Air putih? Gila. Hahaha. Lucu sekali, pacaran modal air putih. Ini lucu! Lucu!
Mereka tampak mesra dan bahagia. Aku rasa mereka lebih pantas dianggap sepasang sahabat, sebab mereka terlihat 'asik' dengan beberapa candaan yang mengundang tawa di bibir mereka masing-masing. Kalau si wanita sudah tertawa, dia akan memukul-mukul manja lengan kekasihnya. Dan sesekali lelaki itu mengecup dahi kekasihnya yang tertutup poni. Adegan yang hampir mirip di film-film Korea. Jujur, aku tak suka. Kukira itu adalah film pembodohan. Membuai para pencintanya untuk berkhayal sesuatu yang sangat mustahil terjadi. Aku selalu merasa geli kalau adikku dan para sahabatnya berteriak-teriak histeris membicarakan jalan cerita film drama korea yang baru saja mereka saksikan.
Dua jam berlalu. Sepasang kekasih yang kuamati dari tadi masih saja berkelakar mesra. Mata mereka pun masih berbinar-binar. Saling menatap. Seolah ada pesan yang mereka sampaikan melalui hati ke hati. Mereka bertatapan lama, wajah mereka semakin mendekat. Si wanita mulai memejamkan mata sambil membuka sedikit bibirnya. Eh, eh, eh, ada apa ini? Eh? Masa aku harus mengamati mereka ber... PLAKKKK!!! Kekasih wanita itu menjitak dahinya yang tertutup poni lalu tertawa-tawa puas. Mereka pun akhirnya saling tertawa. Sejujurnya kalau untuk yang ini akupun ikut tertawa juga. Ini adegan yang sangat lucu menurutku. Karena merasa malu, si wanita menggelitik pinggang kekasihnya, lalu mereka pun berlari-larian saling mengejar satu sama lain.
Cara pacarannya 'jadul', ih! Lebay... Dasar masyarakat kelas bawah. Norak!
Tampaknya mereka kelelahan. Akhirnya si wanita memberi kode kepada kekasihnya, ia meminta pulang. Mereka bangkit dari bangku taman dan bergandengan tangan mesra sambil berjalan menyusuri rerumputan dan bunga-bunga yang indah. Tanpa mereka sadari pun mereka melewati aku yang sedari tadi mengamati kebahagiaan 'aneh' mereka. Wajah mereka tetap tidak terlepas dari senyuman malu-malu. Ya, seperti inilah kalau sedang kasmaran. Mabuk karena cinta. Cinta yang kerrr... re. Ah?
Aku tersentak! Gumamku tadi terbata dan terputus tiba-tiba. Aku dikagetkan dengan apa yang baru saja kulihat. Kalian tahu? Kalian tahu? Mereka memasuki sebuah mobil sport mewah. AUDI R8 V10!!! Dan langsung melesat jauh. Aku terpelongo memandangi pemandangan barusan. Sangat mengagetkan.
Aku yang sedari tadi hanya duduk ber-AC di salam mobil Avanza milikku, tertunduk malu telah terburu-buru menilai sepasang kekasih tadi. Memandang cinta yang murni dari sebuah kemewahan dunia. Aku salah besar mengenai ini.
Aku benar-benar merasa tertampar dengan pelajaran yang kudapat siang ini. Ternyata bahagia itu sederhana. Ya, bahagia itu sederhana.
Akupun semakin tambah kesal dengan kekasihku yang sedari tadi kunanti tak kunjung datang. Mendingan pergi saja. Punya kekasih 'kaya-raya' , tapi tidak memiliki waktu luang untuk hanya sekedar makan siang saja. Ini sebuah ironi. Akupun segera beranjak dari taman itu. Menyusuri jalanan ibu kota yang macetnya luar biasa. Apalagi di jam-jam makan siang seperti ini.
Medan, 230814
Oleh: Putri (Nangbidok)

2 tinggalkan komentar:

Unknown Says:
29 Agustus 2014 pukul 22.49

hahaha
that's true,bahagia itu simpel
mgkn terlihat norak,tpi mereka menikmatinya

Unknown Says:
30 Agustus 2014 pukul 21.03

hahahaha... bener kan???

Posting Komentar