Syra.

29 Agustus 2014
Sejenak Syra tertegun memandangi lelaki berkulit putih pucat yang melitas di hadapannya. Lelaki itu tampak misterius dengan segala apa yang dikenakannya. Mulai dari jaket kulit, kaos v-neck, celana jeans, sepatu, gelang, dan anting bulat yang menempel pada telinga kirinya, semuanya berwarna hitam. Lelaki itu memiliki kaki yang jenjang dan badan yang tidak terlalu gemuk, juga tidak terlalu kurus. Tidak tampak otot yang menonjol, semua biasa-biasa saja. Rambutnya tampak rapi dengan potongan spike. Sepertinya lelaki itu sudah cukup dewasa.
Lelaki itu mengambil posisi duduk di pojok ruangan. Lengkap dengan kopi hitam pekat yang baru saja dipesannya tadi saat tak sengaja melintasi Syra yang sedari tadi mengamatinya dengan rasa penuh antusias. Syra tampaknya semakin penasaran dengan lelaki itu. Setiap detil gerakan lelaki itu diperhatikannya tanpa berkedip. Tak satupun Syra hiraukan, termasuk kopi yang ada dihadapannya, berubah semakin dingin. Tak sempat diseruputnya cairan kental pahit kesukaannya itu karena terlalu asik memandangi lelaki misterius yang duduk tepat di hadapannya.
Dengan rasa setengah tak yakin, Syra pun menghampiri meja lelaki misterius berkostum hitam-hitam itu.
"Excuse me. May I sit here?"
"Oh, sure. My pleasure, miss."
"Thank's. I'm Syra. How do you do?"
"How do you do, Syra. I'm Zuo."
"Are you waiting someone?"
"Yes. I'm waiting my soul."
"Are you kidding? Soul? By the way, where are you from, Zuo?"
"I'm from somewhere can't be seen by."
Zuo mengambil jeda sambil menghela nafas panjang. Lalu menyeruput kopi hitam pekat di hadapannya.
"I'm seeking the loosing soul. I have to bring it back. To my palace."
Dada Syra mendadak sesak. Rasa penasaran ini semakin mengacak-acak bathin Syra. Ada rasa penasaran yang tak biasa. Jantung Syra mendadak berdetak kencang, nafas Syra terengah-engah. Syra keringat dingin. Sekujur tubuh Syra mendadak membeku.
Zuo diam. Syra pun diam. Wajah Zuo menggambarkan ketegasan. Syra tunduk seperti ada rasa kalah. Rasa apa ini ia pun tak paham. Zuo menatap tajam ke depan tanpa isi. Tatapan Zuo kosong. Lelaki itu mematung dan tak bergerak sama sekali. Dingin. Syra semakin menggigil dibuat rasa kacau yang menumpuk dalam jiwanya seketika itu. Ada sesuatu yang tak dapat dijelaskan. Sesuatu yang sangat mengusiknya.
Aku datang. Aku mencari jiwa yang sepi. Aku datang, mencari-mu.
Ada suara-suara aneh yang berbisik di telinga Syra. Semakin kuat dan semakin kencang. Lama kelamaan terdengar seperti teriakan-teriakan histeris hingga kalimat tersebut tak terdengar jelas. Mereka ramai.
"Diaaaaaaammmmmmm!!!!!!"
Syra teriak dan menghentakkan meja sekuat tenaga. Semua mata tak luput dari kejadian itu. Semua mengamati dengan cara mereka masing-masing. Zuo masih bungkam. Zuo tak tampak cemas.
Syra semakin histeris dan menjambak-jambak rambutnya. Mari, kembalilah pulang. Putri kegelapan, kembalilah pulang. Kerajaanmu adalah kerajaan Hitam. Rakyatmu menantimu, Putri. Segeralah sempurnakan reinkarnasimu. Jangan sesatkan jiwamu pada wujud aneh ini. Ini bukan tempatmu, kembalilah. Kembalilah.
"Syra."
"Ya?"
Percakapn itu terputus hanya sampai di sana. Mendadak semuanya menjadi gelap. Hitam, pekat. Tak ada meja-meja dan kursi. Tak ada kopi. Tak ada 'coffee shop' dan keramaian. Tak ada suara riuh, hening. Tak ada manusia seperti wujud Syra. Tak ada apapun. Namun seperti ada yang mendengung. Lengang. Senyap. Syra tak kuasa mengontrol rasa takutnya. Ia pun berteriak semakin kencang dan kencang. Ia meronta-ronta tetapi suaranya mendadak hilang. Kedap. Semuanya hampa.
***
"Syra, ini kerajaanmu. Selamat kembali pulang, Syra. Selamat datang."
"Zuo, aku..."
Syra pun diperlakukan sebagai seorang Putri Raja. Segala keperluannya dilengkapi. Semua penghuni di sana tampak aneh. Ada yang bertanduk tetapi berjalan dengan tiga kaki. Ada yang berbulu lebat tetapi hanya memiliki mulut, tanpa mata dan hidung. Ada yang bertubuh sangat mungil dengan kepala yang sangat besar. Ada yang berjalan pincang tanpa tangan. Ada yang sekujur tubuhnya basah dengan cairan yang mirip seperti air liur monster.
Apakah mereka alien? Atau apa? Apa mereka hantu? Pikir Syra. Syra pun tak yakin benar.
***
Semua tampak aneh. Seluruh ruangan  hitam dan gelap. Tapi Syra dapat melihat segala makhluk yang ada di sana. Syra dapat melihat mereka, yang berwujud namun tak berwarna. Bukan dengan mata. Bukan. Sebab tak ada cahaya di sana. Syra melihat dengan sesuatu yang lain. Berbeda. Melihat dengan cara merasakan. Syra sendiri pun tak paham. Tapi Syra melihat. Melihat dalam kesenyapan. Sepi. Lengang. Tapi Syra tetap melihat. Bukan dengan mata, tetapi dengan sesuatu yang lain. Tak ada bentuk yang konkret. Mereka tampak hanya seperti sebuah pola. Kosong. Tanpa bentuk yang nyata. Absurd dan tak berwarna. Hampa dan kosong. Terlalu sulit untuk dijelaskan menggunakan kata-kata. Bahkan surat para pujangga pun tak dapat mewakili penjelasan yang Syra rasakan.
"Ini Kerajaan Hitam, Putri Syra."
"Iya, Putri. Kami sudah terlalu lama merindukan kembalinya Putri Syra ke sini."
"Hidup Putri Syra. Sembah Putri!"
"Hidup!"
Suara riuh gemuruh pecah memenuhi ruangan itu. Ruang hitam pekat tanpa warna. Tempat ini menyeramkan. Tapi tampaknyaSyra mulai terbiasa dengan perbuatan baik para penghuni Kerajaan Hitam. Dia mulai mengaminkan bahwa benar ia adalah seorang Putri pemimpin Kerajaan Hitam. Syra mulai terbuai dengan segala pelayanan dan kuasa yang berada dalam kedua genggaman tangannya. Keinginannya maka itu perintah bagi makhluk penghuni Kerajaan Hitam. Kemana Zuo? Zuo tak tampak. Sudah lama sekali. Bahkan Syra tak tahu persis berapa lamanya waktu yang dihabiskannya di situ tanpa Zuo. Tak ada waktu. Tak ada cahaya. Tak ada lama dan sebentar. Hanya rasa puas yang ada di sana. Dan Syra mengangungkan rasa puas itu. Padahal tak ada apapun di sana. Hanya makhluk aneh yang absurd dan kesunyian.  Syra hanyalah Putri dari Kerajaan Hitam yang diselimuti kesenyapan. Senyap tanpa suara. Hampa. Tetapi Syra bahagia.
***
"Bagaimana? Sudah ada kabar?"
"Belum."
"Sudah 10 tahun, Syra menghilang. Tak ada tanda-tanda apapun."
Dan sampai sepanjang usia bumi habis pada masa kesudahannya pun Syra tak kunjung kembali. Syra menghilang. Seluruh kerabat Syra hidup dengan kecemasan dan sejuta tanda tanya sepanjang waktu mereka. Apa yang terjadi dengan Syra. Gadis itu tiba-tiba menghilang. Syra lenyap dari muka bumi. Tanpa jejak sama sekali.
Syra bermain terlalu jauh. Ia melintasi perbatasan wilayah. Di sana, di dunia yang gelap. Kerajaan Hitam. Syra betah dan jiwanya tertawan oleh rasa nyaman yang membuainya. Hingga kini, Syra tak pernah kembali. Ia abadi. Dalam Kerajaan Hitam. Tanpa warna. Tanpa cahaya. Gelap. Hitam. Pekat. Tak ada apapun, selain hanya kepuasan. Syra hidup. Tetapi mati. Syra menghilang dan tertawan.  Selamanya.
Oleh: Putri (Nangbidok)
Medan, 290814

3 tinggalkan komentar:

Unknown Says:
29 Agustus 2014 pukul 22.42

alurnya mundur-maju
konfliknya syra hilang ntah kmana
tpi fokus bacaan ku lbh ke si zuo,mgkn cma kasih saran,knflik syra ilang lbih d tonjolkn,apa pnyebab,trus hbgn nya dgn zuo yg tiba2 musnah lbih di perjelas,nice stor

Unknown Says:
30 Agustus 2014 pukul 01.14

betul,
ntah kmna ujung nya??

masa tiba2 hilang..??
:-D

tpi usaha mu bagusss,,,
:-D

Unknown Says:
30 Agustus 2014 pukul 09.22

ini namanya antiklimaks. dan aku sengaja teman-teman. membuat para pembaca bertanya-tanya akan apa yg sebenarnya terjadi. berarti pembaca mencerna jalan ceritanya. terimakasih teman2 telah menyempatkan untuk membaca.

Posting Komentar