Kekasih.

21 Agustus 2014
Kekasih, demi rasa rindu yang kuendap dalam darahku, kucari warna indah senyumanmu dalam imaji. Kegaiban cinta merasuki sekujur tubuh, lalu aku patuh pada setiap lirihnya sepi, Kekasih.
----
Kucari hatimu dalam ritmis air hujan, menggenang. Lalu aku gelisah dan air mataku tumpah ruah. Dalam langkah yang papah, aku tertatih, terseok, menilik sepotong kisah yang terbungkam. Lama, lama sekali.
----
Kekasih, aku menemukanmu dalam sunyi. Ketika malam semakin legam, ketika matahari berdiam.  Di sana aku hidup dalam imaji. Bersamamu, di ruang hati yang sepi.
----
Ajari aku mencintai tanpa pamrih. Seperti kau yang selalu menanti di ujung simpang. Berdiri, tanpa sesuatu yang pasti. Di sana, di ujung simpang yang semakin sepi.
----
Kekasih, lantunan doa adalah kekuatan. Ajarkan aku mendamba dalam sebuah iman. Bahwa aku pasti milikmu. Sekalipun kau bukanlah pilihan. Aku tetap ingin mendamba.
----
Di sini, rasa rinduku mendidih. Kesabaranku seperti akan mengeluarkan lavanya. Ingin kucuri tubuhmu dari pasungan tata krama, biar kita berpesta dalam cinta. Saat itu, cahaya pasti akan menyeringai. Riang ria, berbahagia bersama kita.
----
Kekasih.
Medan, 220814
Oleh: Putri (Nangbidok)

0 tinggalkan komentar:

Posting Komentar